Anak Kena Usus Buntu, Bagaimana Penanganannya?

Anak Kena Usus Buntu, Bagaimana Penanganannya?

Usus buntu atau apendisitis adalah pembengkakan akibat peradangan pada apendiks, yaitu saluran tipis berbentuk jari yang terhubungan ke usus besar. Gejala yang ditimbulkan adalah bengkak dan nyeri luar biasa di sisi kanan perut, demam, mual dan muntah, serta diare. Lantas bagaimana penanganannya jika kondisi ini terjadi pada anak-anak? Simak ulasan mengenai perawatan usus buntu pada anak di bawah ini.

Penanganan usus buntu pada anak

Usus buntu terjadi akibat penyumbatan yang menimbulkan infeksi. Umumnya penyumbatan disebabkan oleh cairan hidung dan mulut, feses, atau kotoran lainnya. Penyumbatan membuat bakteri gencar menginfeksi, menimbulkan pembengkakan, dan suplai darah ke usus buntuk jadi terputus.
Jika tidak diobati, infeksi akan semakin parah dan berakibat fatal, seperti pecahnya usus buntu (peritonitis). Untuk itu, pengobatan usus buntu harus dilakukan segera. Anak dengan kondisi ini akan mendapatkan perawatan yang sesuai dengan usia, gejala, dan kesehatan anak secara menyeluruh.

Operasi pemotongan apendiks

Operasi usus buntu adalah cara penanganan yang paling umum untuk mengangkat penyumbatan apendiks. Prosedur pembedahan ini dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
  • Operasi terbuka. Prosedur ini dilakukan dengan pemberian obat bius dan menyayat sisi kanan bawah perut untuk pemotongan. Jika usus telah pecah, maka tabung kecil atau shunt ditempatkan untuk mengeluarkan nanah dan cairan lainnya yang keluar. Shunt akan diambil beberapa hari kemudian, setelah infeksi sudah hilang.
  • Bedah laparoskopi. Pembedahan dilakukan dengan pemberian obat bius dan membuat sayatan kecil. Pada sayatan tersebut dimasukkan sebuah alat yang disebut laparoskopi untuk melihat kondisi perut bagian dalam sekaligus pengangkatan apendiks. Metode ini tidak dilakukan ketika usus akan atau sudah pecah.

Apendektomi interval

Operasi merupakan perawatan usus buntu pada anak yang umum dilakukan. Namun, tindakan tersebut tidak selalu butuh dilakukan sesegera mungkin.
Dokter biasanya menunda operasi jika usus buntu sudah pecah dan mengakibatkan infeksi. Infeksi tersebutlah yang harus lebih dulu ditangani. Prosedur ini disebut dengan apendektomi interval.
Anak akan diberi antibiotik melalui kateter sentral atau tabung IV yang disebut jalur PICC. Kemudian, tes pencitraan akan dilakukan untuk memantau kondisi abses (kantung nanah). Setelah infeksi sembuh, barulah operasi pengangkatan usus buntu dilakukan.