Apakah Anda sering memergoki si kecil melakukan hal yang sama berulang-ulang tanpa alasan yang jelas? Misalnya, merapikan tasnya berkali-kali ketika akan berangkat ke sekolah atau si kecil kerap kali mencuci tangan berulang-ulang padahal tangannya sudah bersih dan kering? Bila jawabannya iya, hal ini bisa jadi tanda bahwa si kecil alami Obsessive Compulsive Disorder (OCD). Lantas, bagaimana orangtua harus menghadapi OCD pada anak? Apakah OCD pada anak bisa disembuhkan?
Memahami OCD pada anak
OCD adalah suatu kondisi psikologis yang ditandai dengan adanya pikiran cemas yang tidak terkontrol terhadap sesuatu alias obsesif. Hal ini akan menyebabkan pengidapnya melakukan sesuatu secara kompulsif atau berulang-ulang, agar rasa cemasnya hilang.
OCD pada anak yang menyebabkan seorang anak secara kompulsif melakukan sesuatu berulang-ulang atau ‘ritual’ tertentu untuk menghilangkan kecemasannya tersebut. Contohnya, seorang anak terobsesi pada kebersihan tangannya sehingga secara tidak sadar ia mencuci tangannya berkali-kali hingga yakin bahwa tangannya bebas dari kuman.
Lalu, bagaimana ortu menghadapi OCD pada anak?
OCD pada anak didiagnosis ketika perilaku berulang yang dilakukannya telah menghabiskan banyak waktu, menimbulkan rasa stres, dan mengganggu kegiatan hariannya, seperti sekolah. Biasanya, anak yang mengalami OCD akan sering merasa tertekan dan terganggu. Maka itu, si kecil membutuhkan Anda, sebagai orangtua, untuk membantunya menghadapi masalah ini.
Anak yang OCD perlu perlakuan khusus, tak bisa disamakan dengan anak-anak lainnya yang normal. Berikut beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk menghadapi OCD pada anak.
1. Jelaskan pada si kecil masalah yang ia miliki
Supaya lebih mudah dalam merawatnya, Anda harus bisa memberi tahu si kecil apa yang ia alami saat ini. Tak hanya apa itu penyakit OCD, tapi juga bagaimana dampak gangguan ini terhadap pikiran dan perilakunya.
Tentu saja, untuk bisa memberi tahunya dengan jelas, Anda harus paham betul seluk-beluk terkait OCD pada anak. Anda bisa mulai dari mencari informasi di internet dengan sumber yang terpercaya ataupun bertanya dengan psikiater dan psikolog.
Namun, tentu saja informasi yang akan Anda sampaikan harus sesuai dengan usia si kecil. Semakin besar ia, maka semakin mungkin Anda menjelaskan semua hal tentang penyakit OCD.
Anda juga dapat membawanya langsung ke psikiater dan psikolog untuk mendapatkan pertolongan lebih lanjut. Para ahli akan membantu Anda untuk menjelaskan pada si kecil mengenai penyakitnya tersebut.
2. Buat nama ‘panggilan’ untuk penyakit ini
Cara termudah untuk menjelaskan anak tentang OCD adalah dengan menamai OCD sebagai ‘orang lain’ yang mengontrol pikiran anak. Anda dapat menyebut OCD dengan nama ‘si jahat’ atau nama kreatif lain yang bisa menggambarkan OCD pada anak.
Anda bisa memberi tahu dia bahwa orang jahat ini sering kali datang dan memintanya untuk melakukan berbagai hal aneh. Katakan juga padanya bahwa ia dapat mengusir dan menolak perintah dari ‘si jahat’ sehingga si jahat ini bisa pergi dan tak mengganggunya lagi.
3. Jangan berkata “berhenti melakukan hal itu!”
Ketika anak anda terus menerus melakukan hal yang tidak masuk akal seperti memeriksa tasnya berkali-kali, sebaiknya anda tidak mengatakannya untuk berhenti. Anak cenderung merasa bahwa anda ‘menyerangnya’, menyuruhnya berhenti melakukan hal yang justru membuatnya tenang.
Gunakanlah nama ‘si jahat’ untuk memintanya berhenti. Anda bisa berkata, “Sepertinya si jahat menyuruh kakak untuk mengecek tasmu berkali-kali ya? Ayo lawan si jahat. Katakan padanya bahwa kakak sudah mengecek tas, dan tidak ada yang salah dengan tas itu!”
4. Berikan keyakinan pada Anak
OCD pada anak menyebabkan si kecil sering merasa kehilangan keyakinan dan cemas. Ia merasa cemas jika tidak mencuci tangan berkali-kali, tidak yakin apakah sudah mengunci pintu, dan tidak percaya bahwa bukunya sudah ada di dalam tasnya.
Setiap kali si kecil melontarkan pertanyaan pada Anda untuk meyakinkan dirinya, jawablah dengan sabar dan berikan keyakinan agar anak tidak cemas. Misalnya, ketika anak tidak yakin apakah bukunya ada di dalam tas dan mengecek berkali-kali, anda bisa katakan, “Ibu yakin, kamu sudah menaruhnya di dalam tas, dan tadi kamu sudah mengeceknya. Bilang pada si jahat kalau bukumu aman di tasmu.” Hindari berkata dengan nada negatif seperti, “Bukankah kau sudah mengeceknya ratusan kali? Kamu hanya akan membuat dirimu terlambat masuk sekolah!”
5. Ajak dan dampingi anak dalam mengikuti terapi
Tak sedikit anak yang enggan ketika diajak melakukan terapi. Nah, Anda harus pandai-pandai membujuk si kecil menjalani semua terapi yang harus dijalaninya. Berikan pengertian kepada si kecil, kalau terapi ini adalah salah satu cara untuk mengusir si jahat.
Terapi yang biasanya dilakukan untuk mengatasi OCD pada anak adalah program CBT atau Cognitive behavioural therapy. Melalui terapi ini, anak akan diajak untuk membiasakan diri dan memahami apa yang harus dilakukan ketika ia merasa cemas serta melakukan hal yang berulang-ulang kali.
Contohnya, jika anak Anda merasa ia akan sakit ketika tidak mencuci tangan sepanjang waktu, terapis akan membantu si kecil untuk belajar bahwa tidak akan terjadi hal buruk apapun jika anak menghentikan perilaku ini.
Dalam proses terapi, anak akan diajak untuk memegang sesuatu yang dianggapnya kotor dan membiarkan dirinya untuk tidak mencuci tangan dalam beberapa waktu. Tujuannya adalah menunjukkan bahwa ia tidak akan sakit meskipun tidak mencuci tangannya sepanjang waktu.
OCD pada anak merupakan kondisi yang dapat menguras pikiran, tenaga, dan emosi Anda sebagai orang tua. Supaya Anda tidak ikutan stres, Anda dapat mencari atau bergabung dengan orang tua lain yang memiliki anak dengan OCD.
Dengan menemukan teman seperjuangan, anda dapat berbagi informasi dan dukungan. Anak anda juga akan mendapatkan dukungan emosional ketika menyadari bahwa ia tidak sendiri. Selain itu, rutin menemui dokter atau psikolog akan membantu, tidak hanya anak Anda, tetapi juga Anda.